Sebentar…
Kau ucap tempo hari tanggal delapan
Sebentar…
Sudah kauputuskan
Untuk hengkang dari Malang-mu
Sebentar…
Ucapan itu berarti kabar bagi kami
Untuk menyiapkan hati
Lepaskan memori
Renggangkan diri
Bahwa sejak itu tidak lagi kita bergurau
Bahwa keakraban yang alamiah terbentuk
Mulai tanggal delapan tak bisa terbaur
Kau sudah tak manjakan pada ibu
Berdempet dan mengais cerita tentang kami
Bak reporter investigatif menelisik kenangan kami
Tentang debut kisah muda kami
Awal darimana kami menjalin tambatan hati
Menangis d pangkuan krna g mau ada perpisahan...............
Tersudahi pula
Berbaur bermain bersama anak-anak kami
Di lapangan hijau UIN
Di desa termarjinalisasi versi Sidowayah
Yang membuat kita semakin dekat
Oh ya
Bersama ombak biru pantai Ngliyep
Bermain tulisan di pasir
Semuanya kami simpan dalam foto-foto
Kami tak lagi dengar ocehan
mbak Mata........…mbak Mata
Ke sini dong ?
Pun tak dengarkan tone anehmu
Zara…......Zara
Ayo ke sini….......
Alul......alul bubuk dekat mbak MAta
Hanya gerak tubuh bersama cerita
Yang kaubuat untuk buah hati kami
Membekas dalam teknik parenting kami
Kau terima anak-anak itu
Sebagaimana dia anak-anak
Kau sobekkan kertas agar dia gembira
Kau hadiahi pensil bekas agar dia tetap riang
Agar rumput-rumput itu
Bisa digambar di sombekan kertas lusuh itu
Kau beri Alul bola biar bs berekspresi
Sapaan dan keakrabanmu
Bersama kekhasan gesture-mu
Memantik bak sesaudara
Tak terasa seolah hanya sebagai mahasiswa
Yang selesai kontrak terbuang habis ujian skripsi
Formalitas bimbingan telah terhapus
Tergantikan sesaudara
Pembedamu atas kami menambah kami mengerti
Membelajari kami mengenali ragam manusia
Membelajari pula
Bahwa tak perlu bedakan diri
Semua melatih kami
Belajar bersaudara dengan yang berbeda
Menambah satu daras
Bahwa yang tua perlu mengetahui yang muda
Untuk mengukir narasi sesaudara
Selamat jalan “anakku”
Kudengar ceritamu esok hari
Tentang cita-citamu
ku dengar ceritamu esok hari
Tentang kesuksesan kamu
Maafkan kami sekeluarga
Doa kami
Allahumma akrimki bi nuuril ilmi
Ayah, Ibu, Zara dan Alul
Akan buat pahatan untuk ukiran kisah
Biar Zara juga bisa tulis cerita
Berjudul mbak Mata!
Malang, 06 Januari 2010