Pria muda beranak dua di depan saya ini…
Lebih menakutkan dari hantu!
Karena beliaulah yang akan memberi restu
Bagi saya tuk melaju
Menghadapi para pengeksekusi
Di kursi pesakitan
Calon S.Psi!
Wanita gemuk yang satu ini…
Kapan beliau tak tersenyum?
Mungkin hanya saat tidur
Itu pun andai mimpinya tak indah
Cerianya membuat saya khawatir
Salah kata
Salah sikap
Lalu kena cipratan
Kemarahannya
Paling tidak, sentilannya!
Cewek sulung ini…
Berlari saat saya ingin menyalaminya
Di Fakultas
Dan saya langsung keki!
Cowok bungsu ini…
Saya bahkan tak mampu menjamahnya
Walau secuil
Salam pun dia ogah!
Keki dua kali!
Lihat saja sekarang…
Saya bahkan berani berkata-kata lebih dari sekedar skripsi,
Pada pria muda itu
Saya tak sungkan tidur bermukena setelah isya’,
Di pangkuan wanita ceria itu
Saya dikirimi surat bertuliskan “kangen sekali”,
Dari si sulung
Saya sudah 3 kali dicium di pipi kanan,
Oleh si bungsu
Dan semakin dekat…
Inilah keluarga bagi saya
Berlebihan?
Tidak bagi saya!
Beliau bagai ayah yang juga guru vokal
Beliau layaknya ibu yang juga tempat curhat dan berbagi tuk anak gadisnya
Si mbak seperti adik perempuan kecil yang kata-katanya begitu kritis
Si adek bak adik lelaki yang tak pernah saya miliki, meski inginnya jadi anak saja
Hufh…
Bogor – Malang itu berapa kilometer ya?!
Tapi hati saya tau…
Mereka hidup di dalamnya
Dan suatu saat…
Saya pasti kembali
Tuk berbincang tentang cita pada ayah
Tuk bersandar mesra dan saling menggoda cinta pada ibu
Tuk memeluk rindu pada si mbak
Tuk bermain riang bersama si adek
Insya Allah…
Jazakumullah khoiron katsir…
Mohon maaf tuk segala khilaf dari lisan
Mohon maaf tuk segala salah dalam sikap
Mohon maaf tuk segalanya
Dan sesungguhnya…
Inilah seni!