Tepat 1 bulan tinggal bersama mertua dan keluarga suami..
Aku seperti memenangkan award bergengsi saat menyadari kenyamanan dan keharmonisan yang tercipta antara kami. Tak berlebihan. Sebab aku membawa sejuta tanya, semilyar doa saat kunyatakan siap tinggal sementara bersama keluarga suami. Keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, Mbah, Mbak dan suami beserta dua anaknya, Mas, Adik perempuan dan laki-laki. Lebih dari itu, bayangan ibu mertua dan saudara ipar yang kejam seakan terus dicekoki teman-teman padaku.
Dan kini, aku menggugat segala!
Tak pernah tak ada cerita saat melakukan kegiatan bersama ibu. Seperti
mbak yang tak pernah menggurui. Juga kehangatan yang terus mengalir dari
anggota keluarga lain.
Dan kini, aku menggugat segala!
Perbedaan bahasa yang tak kupersoalkan dan justru menunjukkan bahwa aku
pintar beradaptasi dalam hal berbahasa. Ciri khas mandiri yang makin
kupertahankan. Kebiasaan-kebiasaan baru yang tak sama dengan kebiasaan
keluargaku di Bogor yang berhasil kuikuti iramanya.
Dan kini, aku menggugat segala!
Peran sebagai anak tertua yang main perintah dan selalu dituruti saat di
Bogor, kini berganti menjadi kakak sekaligus adik di rumah keluarga suami. Dan
sejauh ini, semua berjalan lancar.
Dan kini, aku menggugat segala!
Aku tetap makan roti bahkan Ayah beberapa kali secara khusus
membelikannya untukku. Aku masih bisa menonton televisi sesuai dengan acara
kesukaanku. Aku bias tidur siang seperti saat di Bogor. Aku dapat menonton
film, mendengarkan lagu, bahkan membuka social media dari komputer di sini.
Semuanya bisa kulakukan dengan nyaman meski ada beberapa hal yang harus
kuingat-ingat untuk tidak kulakukan.